GARUDA DI DADAKU
( HUBUNGAN BAB : INDIVIDU, KELUARGA,
DAN MASYARAKAT )
Bayu, yang masih duduk
di kelas 6 Sekolah Dasar memiliki satu mimpi dalam hidupnya yaitu menjadi pemain
sepak bola hebat. Setiap hari dengan penuh semangat ia menggiring bola menyusuri
gang-gang di sekitar rumahnya sambil mendribble bola untuk sampai ke lapangan
bulu tangkis dan berlatih sendiri di sana.Bayu hidup bersama ibu dan kakeknya,
bapak bayu adalah penggila bola yang telah meninggal dunia karna kecelakaan.
Bapak bayu adalah penggemar bola yang sering bermain bola hingga suatu hari
mengalami cedera kaki sehingga tidak bisa melanjutkan kembali hobi lamanya.
Rasa kehilangan kakek Bayu menjadikan bola sebagai alasan kematian anaknya,
trauma akan hal tersebut menyebabkan kakek Bayu tidak menyukai siapa pun dalam
keluarganya untuk bergelut dengan sepak bola terutama Bayu.
Itulah alasan sebenarnya
kakek ayu, Pak Usman, menentang impian Bayu. Bahkan, ia tidak akan mengakui
Bayu sebagai cucu jika Bayu nekad menjadi pemain bola. Sebagai cucu yang baik,
ia pun taat kepada sang kakek dengan mengikuti berbagai les yang dipersiapkan
kakek. Akan tetapi, darah sang ayah pecinta bola terus mengalir dalam dirinya
sehingga ia sering mecuri waktu untuk berlatih dan bermain bola bersama teman-teman
nya.
Heri, sahabat Bayu
penggila bola, sangat yakin akan kemampuan dan bakat Bayu. Dia lah motivator
dan “pelatih” cerdas yang meyakinkan Bayu agar mau ikut seleksi untuk masuk Tim
Nasional U-13 yang nantinya akan mewakili Indonesia berlaga di arena
internasional.Di tengah itu, Bayu justru bertemu dengan Johan, pelatih sekolah
sepakbola Arsenal di Jakarta.
Pertemuan ini menjadi
langkah awal bagi perjalanan panjang Bayu untuk masuk menjadi tim sepakbola
nasional yang memakai seragam berlambang garuda di bagian dada. Dibantu teman
baru bernama Zahra yang misterius, Bayu dan Heri harus mencari-cari berbagai
alasan agar Bayu dapat terus berlatih sepak bola. Tetapi hambatan demi hambatan
terus menghadang mimpi Bayu, dan bahkan persahabatan tiga anak itu terancam
putus.
KELEBIHAN
1.
Film Garuda di Dadaku menyimpan hikmah yang berharga, di
antaranya mengajarkan kita untuk terus mengejar impian dan menjaganya meski
aral melintang. Jika kita yakin dan mampu, teruslah jaga keyakinan itu.
Sesungguhnya kesuksesan juga bisa diraih melalui mimpi yang berawal dari hobi.
2.
Film ini menggambarkan realita kehidupan seorang anak dalam mencapai
impiannya meskipun mimpi itu sederhana. Garuda di Dadaku memberi
suguhan yang lengkap dengan berbagai factor, yaitu berkualitas, menyentuh,
menghibur, sekaligus menginspirasi.
3.
Garuda Di Dadaku menyajikan sebuah cerita yang sederhana
namun berisi. Mengisahkan pertarungan dua kepentingan antara dua generasi.
KEKURANGAN
- ketika Bayu bermain di stadium Gelora Bung Karno, background
yang harusnya penonton berada, tampak kosong saja, tidak ada orangnya, dan ini
menjadi kekurangan dari film garuda di dadaku.
UNSUR INTRINSIK
1. Tokoh :
a. Bayu
b. Heri
c. Zahra
d. Pak Usman
2. Penokohan :
a. Bayu : baik, pantang menyerah dan semangat
b. Heri : baik dan cerdik
c. Zahra :
pintar dan baik
d. Kakek usman :
tegas, pemarah, keras kepala, tetapi
sebenarnya penyayang
e. Ibu Bayu :
baik dan penyayang
f. Johan : tegas dan disiplin
g. Bang Dullah : baik dan periang
3. Alur
Alur dalam film ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
·
Pengenalan, tahap ini adalah tahap pengenalan tokoh-tokoh yang terlibat
dalam film ini serta menggambarkan bagaimana karakteristik masing-masing tokoh.
·
Konflik, konflik yang ditonjolkan dalam film Garuda di Dadaku yakni konflik
pada saat Bayu yang ingin menjadi pemain sepak bola harus berbohong kepada
kakeknya yang tidak pernah mengizinkan Bayu untuk bermain bola.
·
Klimaks, puncak konflik terjadi pada saat Bayu menemukan jalan untuk meraih
mimpinya namun hal tersebut harus terhambat karena kakek Bayu mengetahui semua kebohongan
yang telah dilakukan Bayu tehadap dirinya, dan disini Bayu harus merelakan
impiannya karena sang kakek harus dirawat dirumah sakit.
·
Anti klimaks, tahap penyelesaian ini terdapat dalam bagian akhir yakni pada
saat kakek Bayu memberi izin kepada Bayu untuk bermain bola dan mengejar
impiannya menjadi pemain Timnas, dengan izin kakeknya Bayu melanjutkan
perjuangannya dan akhirnya dengan bakat yang dimiliki Bayu dapat meraih
impiannya dia terpilih menjadi pemain Timnas U-13.
4. Latar
Film ini mengambil Latar lokasi di Jakarta diantaranya: Stadion Bung Karno,
rumah Bayu dan Heri, dan sekolah.
5. Tema
Film ini mengangkat tema tentang persahabatan dan kesungguhan dalam
mengejar impian.
6. Amanat
Janganlah berbuat bohong kepada orang tua walaupun hal
yang baik, karena dapat menimbulkan masalah yang tidak diinginkan dalam
keluarga. Lebih baik jujur , karena kejujuran itu jauh lebih baik dari pada
kebohongan
Unsur Ekstrinsik
- Nilai
moral :
Janganlah berbuat
bohong kepada orang tua walaupun hal yang baik, karena dapat menimbulkan
masalah yang tidak diinginkan dalam keluarga. Lebih baik jujur , karena
kejujuran itu jauh lebih baik dari pada kebohongan
- Nilai
pendidikan :
Mengajarkan kita untuk terus mengejar impian dan menjaganya meski aral
melintang. Jika kita yakin dan mampu, teruslah jaga keyakinan itu. Sesungguhnya
kesuksesan juga bisa diraih melalui mimpi yang berawal dari hobi.
- Nilai budaya
Pada film ini ditunjukkan budaya Indonesia pada saat itu yang sedang
tergila-gila pada olahraga sepak bola.
- Nilai sosial
Dalam film ini banyak terdapat nilai social yaitu kesetian dalam menjalin persahabatandan
ketentraman dalam keluarga
- Nilai Agama
Dalam film ini banyak terdapat nilai agama yang patut kita teladani yaitu tidak boleh berbohong kepada
orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar